Pemuda dengan kreativitas seni yang tinggi


Menurut Tutz, Graffiti mulai masuk ke Indonesia sejak 1999, semua berawal dari New York, semulanya graffiti hanyalah coretan vandal di sarana umum atau publik. Hingga kemudian mulai berkembang menjadi tren di kalangan anak muda. Pada era tahun 2000an Street Art di Indonesia mulai bermunculan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Muhammad Rheean adalah seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Desain Interstudi, Rheean sudah hobi menggambar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sejak di kelas IV Sekolah Dasar, ia sudah mulai penasaran dengan dunia Graffiti. Dan pada saat kelas VI SD Rheean mulai turun ke jalan untuk menggambar Graffiti.
Rheean menyukai street art khususnya Graffiti karena streeat art itu bebas, bisa mengekspresikan apa yang kita mau tanpa ada yang mengatur. Selain itu street art merupakan seni yang bukan hanya gambar di buku, kanvas tetapi seni juga bisa di jalan.
Street art ada banyak macamnya, ada Mural, Graffiti dan Stencil. Mural lebih menggunakan kuas, sama seperti melukis di kanvas tetapi bedanya hanya di aplikasikan di tembok. Graffiti memakai cat semprot, media alatnya cat semprot. stencil teknik cetak dengan memprint di kertas lalu di semprot menggunakan cat semprot lalu dirapihkan dengan kuas.
IMG_0019
“Gua lebih suka Street Art khususnya Graffiti. Graffiti juga banyak bentuknya. kalo gua lebih ke karakter karena lebih realis dan lebih extreme dan tantangannya lebih banyak.” Kata Rheean
Rheean yang menyukai Graffiti sejak kecil, lalu membuat Komunitas Graffiti bernama More Than One, nama itu diambil karena setiap selesai menggambar di dapatkan lebih dari satu kepuasan, satu kenangan dan lebih dari satu karya. Dalam artian More Than One disini setiap habis menggambar tidak kapok lagi untuk menggambar lagi. More Than One sudah terbentuk hampir lima tahun. More Than One terbentuk karena hobi yang sama. disini Rheean merangkul teman-temannya dengan cara membangkitkan graffiti bersama, tingkatkan kreativitas, minat dan tuangkan semuanya di komunitas ini.
Dalam dunia Graffiti ini juga ada suka dan dukanya. Menurut Rheean sukanya di dalam dunia Graffiti karena memang hobi dan memang senang. Habis menggambar mendapat kepuasan. Dukanya di dalam dunia Graffiti, sebagian orang masih menganggap dunia graffiti sebagai coret-coret tembok. Pemerintah juga belum mensupport buat graffiti, masih banyak saat teman-teman sedang menggambar banyak yang ditangkap, ada juga yang alat-alatnya disita, dan ada juga yang harus dihapus gambarnya yang sudah beberapa persen hampir jadi.
“Harapan gua untuk dunia street art khususnya Graffiti bisa lebih maju, bisa berkembang terus dan gaya-gayanya lebih extreme, dan banyak anak-anak baru yang skillnya lebih dari anak-anak graffiti sekarang.” Tutur Rheean.

Komentar