Di era modern ini, kebudayaan Indonesia sudah semakin terkikis dan memudar karena adanya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Padahal banyak sekali kebudayaan Indonesia yang sudah mengharumkan nama Bangsa Indonesia itu sendiri. Salah satunya kebudayaan Indonesia dari bidang seni tari adalah Tari Saman. Tari Saman adalah tari tradisional yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Tari ini merupakan salah satu media dakwah yang mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan.
Tari Saman adalah salah satu kebudayaan Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Ada empat hal yang harus dimiliki jika sebuah kebudayaan ingin diakui oleh UNESCO, yakni, originalitas, keunikan, nilai filosofi yang universal, serta daya tular ke masyarakat. Dilihat dari segi sejarah, Tari Saman sudah ada semenjak abad ke-13 dan dikembangkan oleh Syekh Saman.
Pada 24 April 2016 sebanyak 6600 penari Saman mewakili Anjungan Aceh pada Hari Ulang Tahun (HUT) Taman Mini Indonesia Indah. Dan pada 13 Agustus 2017 oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) total penari saman mencapai 12.262 orang yang diadakan di Stadion Seribu Bukit, Kecamatan Blang Kejren, Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Untuk kado dari pemerintah Gayo untuk Republik Indonesia yang ke-72 tahun.
Salah satu Putra dari Aceh yang masih melestarikan budaya Tari Saman adalah Jufrizal. Jufrizal yang akrab disapa dengan ‘Bang Alex’ merupakan Syekh Tari Saman yang sudah tertarik dengan kesenian tradisional Aceh sejak usia 9 tahun. Jufrizal sudah berprofesi dan menggeluti bidang Seni Tradisional Aceh sejak 29 tahun yang lalu. Syekh Saman adalah seseorang yang memimpin dan memandu tari saman. Syekh Saman juga bertugas mengiringi gerakan tari saman. Setiap Syekh Saman memiliki ciri khas bernyanyi, bersyair dan memiliki gerakan yang khas. Jufrizal tidak ada sama sekali mengalir darah seni dari keluarganya, ia tertarik kesenian tradisional Aceh karena suka, enerjik, kebersamaan dan kebiasaan di masyarakat Aceh. Sehingga ketertarikan itu yang membuat dirinya untuk ikut dan mendalami budaya Aceh.
“Lebih bagus kalo jadi Syekh itu memang Putra dari daerah tersebut karena masalahnya ini kan menyangkut soal bahasa, di dalam tarian aceh tersebut lebih kuat kepada syair. Dimana syair tersebut itu banyak bersifat pesan dan kesan untuk yang mendengarkan. Sekarang kita bayangkan saja kalau sempat yang menyanyikan itu bukan orang Aceh, otomatis syair yang dia sampaikan itu belum tentu bisa sampai kepada orang, takutnya makna yang dia sampaikan itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan arti dari syair tersebut. Jadi lebih baik memang harus Putra dari daerah tersebut, kalau pun ada dari luar daerah tersebut diharapkan untuk belajar sedetail mungkin supaya apa yang mau dia ajarkan kepada orang, apa yang mau dia sampaikan kepada orang itu juga sampai dan tidak merubah dari makna pokoknya.” Ungkap Jufrizal.
“Semangat terus untuk belajar karena yang kalian pelajari inilah kesenian tradisional Indonesia tanpa harus mengkotak-kotakan. Kita berbicara tentang specs yang normal. Jadi lebih semangat mempelajari kesenian Indonesia apapun jenisnya itu, apapun bentuknya itu, kalau kalian semangat untuk mempelajari tersebut berarti paling tidak kalian sudah ikut mempromosikan, untuk melestarikan dan mempertahankan kesenian tersebut. Jadi banggalah sebagai anak Indonesia, kalau kalian terus cinta, terhadap kesenian dan budaya Indonesia dan mau mempelajari baik itu keseniannya maupun filosofi dari kesenian tersebut. Semangat!” Tutup Jufrizal yang memberikan semangat kepada anak Indonesia lewat kesenian tari Saman.
Original posted: https://belajarcerita.com/2017/12/03/syekh-tari-saman/
Komentar
Posting Komentar